Aktinomikosis Paru

Aktinomikosis Paru

Aktinomikosis paru adalah infeksi bakteri pada paru-paru yang jarang terjadi. Penyakit ini tidak menular. Kondisi ini pada umumnya dialami pada orang yang berusia antara 30-60 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.

Penyebab :

Penyebab aktinomikosis paru adalah bakteri dari jenis Actinomyces. Bakteri ini biasanya tinggal di dalam mulut dan saluran pencernaan. Pada umumnya, bakteri ini tidak berbahaya. Namun, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi jika ada kerusakan jaringan atau luka seperti abses (bisul) dalam rongga mulut, atau penyakit gusi. Jaringan yang rusak meningkatkan risiko bakteri menginfeksi paru-paru atau bagian lain dari tubuh. Pada kebanyakan kasus, aktinomikosis paru terjadi ketika campuran bakteri dan makanan atau sekresi dari mulut atau lambung, secara tidak sengaja masuk ke paru-paru. Beberapa faktor risiko untuk penyakit ini meliputi abses gigi, kurangnya perawatan kesehatan gigi dan gusi, emfisema (penyakit paru obstruktif kronis), paru-paru dengan bekas luka dari bronkiektasis, dan konsumsi alkohol dalam jumlah banyak.

Gejala :

Gejala-gejala yang dialami penderita aktinomikosis paru antara lain demam, kelelahan, sesak napas, penurunan berat badan, rasa nyeri pada dada saat menarik napas dalam, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan, dan batuk berdahak yang mungkin mengandung darah.

Cara mencegah :

Menjaga kebersihan gigi dan mengurangi konsumsi makanan manis, dapat mengurangi risiko terkena penyakit aktinomikosis paru. Hal ini bertujuan untuk membantu mencegah infeksi dan penyebaran ke bagian lain dari tubuh Anda.

Solusi herbal :

  1. Air garam
  2. Jahe
  3. Cabai rawit
  4. Madu
  5. Daun peppermint
  6. Thyme
  7. Kunyit

Alternatif lain :

Aktinomikosis paru dapat diobati dengan pemberian antibiotik seperti penisilin atau pelaksanaan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi kerusakan jaringan pada paru-paru penderita. Jika penyakit ini tidak diobati, bagian dari paru-paru penderita dapat mengalami luka secara permanen. Penderita juga memiliki kemungkinan mengalami abses otak, atau infeksi sistem saraf pusat yang disebut meningitis. Kondisi ini berisiko mengancam jiwa.

Sumber : disarikan dari berbagai sumber.

Komentar

Tulisan Terkait