Epilepsi adalah penyakit sistem saraf pusat, yang mengakibatkan seseorang kejang dan terkadang kehilangan kesadaran. Penyakit ini dikenal di masyarakat sebagai penyakit ayan. Kejang terjadi karena adanya gangguan aktivitas listrik pada otak yang dapat disebabkan oleh abnormalitas zat kimia otak, riwayat cedera kepala dan gangguan jaringan otak lainnya.
Gejala akibat kejang epilepsi dapat bermacam-macam. Beberapa orang dengan epilepsi akan menatap kosong selama beberapa detik, sementara yang lainnya akan berulang kali menyentakkan lengan dan kakinya. Apabila mengalami kejang satu kali, tidak berarti bahwa orang tersebut menderita epilepsi. Setidaknya, dibutuhkan dua kali kejang yang terjadi secara spontan tanpa diawali dengan demam untuk mendiagnosis bahwa penyebabnya adalah epilepsi. Epilepsi bukan penyakit menular tetapi dapat terjadi akibat penyakit menular seperti meningitis, AIDS dan virus yang menyebabkan radang otak (encephalitis).
Penyebab lain epilepsi adalah pengaruh genetik, benturan di kepala akibat kecelakaan, kondisi otak yang terganggu kerjanya seperti pada penderita stroke dan cacat lahir. Sebagian besar kasus epilepsi tidak bisa sembuh secara total. Namun kondisi tersebut dapat diatasi dengan obat-obatan atau terkadang operasi yang dapat mengendalikan kejang akibat epilepsi. Menurut data yang dihimpun oleh Epilepsy Foundation, risiko kematian pasien epilepsi berkisar antara 1,6 hingga 3 kali lebih tinggi daripada populasi umum. Kematian pasien epilepsi umumnya dipicu oleh kejang yang mengarah pada kejadian cedera, tenggelam atau kegiatan lain yang dapat dipengaruhi dari hilangnya kontrol tubuh. Selain itu, kasus kematian mendadak tanpa alasan pada pasien epilepsi dilaporkan terjadi pada 1,16 kasus dari 1.000 kasus.
Penyebab :
- Riwayat keluarga. Risiko epilepsi dapat meningkat bila Anda memiliki anggota keluarga yang juga mengidap kondisi yang sama.
- Cedera pada kepala. Kondisi ini merupakan penyebab dari beberapa kasus epilepsi.
- Stroke dan penyakit pembuluh darah.
- Trauma kepala, misalnya akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya.
- Demensia atau pikun. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko epilepsi pada kalangan lanjut usia (lansia).
- Infeksi otak, seperti meningitis yang dapat menyebabkan peradangan pada otak atau saraf tulang belakang.
- Riwayat kejang saat kecil. Risiko epilepsi akan meningkat jika anak mengalami kejang jangka panjang dan kondisi saraf lain.
Pasien epilepsi biasanya mengetahui pemicu yang membuat kejang tersebut kambuh, pemicu tersebut disebut dengan ‘aura’ misalnya seperti melihat kilatan cahaya, pandangan buram, kondisi panik berlebihan, telinga berdenging, dan sebagainya.
Gejala :
- Tipe kejang fokal atau parsial
Ketika kejang muncul sebagai hasil dari ketidaknormalan aktivitas hanya pada satu area otak, kondisi ini disebut juga kejang parsial. Kejang tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori di bawah ini : Simple partial seizure atau kejang sebagian sederhana, dan Complex partial seizure atau kejang sebagian kompleks. - Tipe kejang umum
Kejang umum terjadi dengan melibatkan seluruh bagian otak. Kondisi ini dibagi menjadi enam jenis berikut : Kejang petit mal atau kejang absence, Kejang tonik, Kejang atonik (drop seizures), Kejang klonik, Kejang mioklonik, Kejang tonik-klonik.
Status epileptikus
Status epileptikus adalah kondisi kejang dalam jangka waktu lama atau terjadinya serangkaian kejang, yang membuat penderitanya tidak kunjung tersadar pada periode di antaranya. Kondisi ini merupakan kondisi darurat medis yang harus ditangani sesegera mungkin.
Cara mencegah :
- Berkendara secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan penyebab cedera otak, berhati-hati dalam melangkah dan segera minta bantuan dokter jika terjadi cedera otak. Penanganan dan perawatan cedera otak sesegera mungkin dengan baik, dapat membantu menghindari terjadinya epilepsi.
- Menurunkan kemungkinan terkena stroke dan penyakit jantung dengan mengonsumsi makanan yang seimbang, rajin berolahraga dan tidak merokok
- Imunisasi untuk menghindari infeksi
- Mencuci tangan danmen jaga kebersihan makanan untuk mencegah infeksi cysticercosis
- Jika sedang hamil, jagalah kesehatan Anda selama kehamilan dan persalinan
Solusi herbal :
- Bawang putih
- Susu
- Air kelapa
- Garam Epsom
- Jus buah dan air
Alternatif lain :
- Obat yang disebut antiepilepsi (anti-epileptic drug/AED) seperti asam valproat, carbamazepine, lamotrigine, levetiracetam, oxcarbazepine, etosuksimid atau opiramate.
- Operasi epilepsi, berupa Resective surgery, Laser interstitial thermal therapy (LITT), Deep brain stimulation, Corpus callosotomy, Hemispherectomy atau Functional hemispherectomy.
Operasi pada epilepsi paling efektif dilakukan ketika kejang sudah dipastikan berasal dari satu lokasi di otak. Pasalnya, operasi bukan pengobatan lini pertama pada epilepsi tetapi dipertimbangkan ketika kejang tidak dapat dikendalikan setelah pasien mengonsumsi setidaknya dua jenis obat antikejang. - Diet ketogenik yang dapat membantu dalam mengendalikan kejang.
Sumber : dari berbagai sumber, liputan6