Tuberkulosis (TB) menjadi penyakit menular yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia. Menurut data WHO pada 2018, 10 juta orang di dunia terinfeksi penyakit TB dan diperkirakan 1,6 juta orang meninggal karenanya.
Di Indonesia sendiri, penderita TB cukup banyak sehingga penyakit ini sudah tak asing lagi. Tak heran jika banyak informasi beredar mengenai TB, yang belum tentu kebenarannya. Sebelum menyebarkan informasi yang kurang tepat, ada baiknya Anda menyimak mitos fakta mengenai penyakit TB berikut ini.
Berinteraksi dengan penderita TB pasti tertular
#MITOS
Kuman penyebab TB adalah mycobacterium tuberculosis (MTB). Ketika kuman MTB dari penderita TB mencoba masuk ke dalam tubuh kita yang berinteraksi dengan penderita TB, yang berperan adalah imunitas seluler kita. Apabila imunitas kita lebih kuat, maka MTB tidak dapat berkembang dan sebagian besar mati. Sedangkan jika imunitas kita lemah, MTB akan berkembang sehingga terjadilah penyakit.
TB hanya bisa menyerang paru-paru
#MITOS
TB adalah penyakit sistemik yang menyerang semua organ. Awalnya kuman terhirup sampai alveoli, dan apabila imunitas kita tidak dapat membunuh dan menghentikan MTB, maka kuman ini dapat berkembang biak melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe sampai ke organ tubuh lain. Kuman MTB dapat merusak kelenjar leher, saluran pencernaan, saluran urin, tulang, bahkan hingga ke selaput otak, dan otak.
Berbagi makanan dengan penderita TB dapat menularkan penyakit
#FAKTA
Tuberkulosis adalah penyakit menular, penyakit ini dapat menular melalui air liur atau droplet. Maka itu, penderita TB sebaiknya tidak menggunakan peralatan makan dan minum yang sama dengan orang sehat, untuk mencegah penularan penyakit.
Batuk berdarah selalu menjadi gejala awal penyakit TB
#MITOS
Batuk darah terjadi apabila TB paru sudah menyebar ke jaringan parenkim dan pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan pembuluh darah menjadi terbuka atau iritasi, yang akhirnya mengeluarkan darah. Tidak semua batuk darah disebabkan oleh TB paru. Penyakit lain seperti kanker paru juga dapat memicu munculnya batuk berdarah.
TB tidak dapat diobati
#MITOS
Saat ini pengobatan TB paru dilakukan minimal selama 6 bulan secara berkesinambungan (non-stop). Pengobatan yang tidak selesai dapat mengakibatkan risiko kekambuhan atau terjadinya resistensi/kekebalan terhadap obat yang diberikan. Apabila penyakit kambuh kembali, pengobatan dapat menjadi lebih lama dan sulit. Selama pengobatan berjalan, penderita TB sebaiknya melakukan konsultasi rutin dengan dokter spesialis paru dan pernapasan, sampai pengobatan selesai dan penderita dinyatakan sembuh.
Sudah ditemukan metode penyembuhan TB yang lebih cepat
#FAKTA
Pengobatan TB dengan strategi DOTS (directly observed treatment, short-course), dilakukan dengan pengawasan langsung dan jangka waktu pendek. Dengan metode ini, pengobatan TB dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Bahkan, saat ini sedang dilakukan penelitian untuk pengobatan TB dalam waktu lebih singkat, 2 bulan saja.
TB adalah penyakit masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah
#MITOS
TB dapat menyerang semua lapisan masyarakat dari golongan ekonomi dan sosial manapun. Faktor risiko TB bermacam-macam, salah satunya kurangnya sanitasi lingkungan dan sinar matahari. Selain itu, ada pula immuno compromise. Orang dengan penyakit metabolik atau kronis seperti diabetes atau HIV juga memiliki risiko lebih tinggi terkena TB. Jadi, bukan hanya disebabkan karena faktor sosial ekonomi yang kurang.
Merokok dapat menyebabkan TB
#MITOS
Penyebab TB paru adalah kuman MTB, bukan rokok. Tetapi rokok, terutama asap rokok dan nikotin, dapat mengganggu proses pembersihan saluran napas dari dahak, dan melemahkan makrofag yang bertugas untuk menstimulasikan limfosit dan sel imun lainnya untuk mencegah patogen/kuman MTB masuk ke dalam tubuh. Jadi, rokok bukan penyebab TB yang utama, tetapi para perokok memiliki risiko lebih tinggi terkena TB paru karena kondisi saluran pernapasan yang kurang baik.
dr. Puji Astuti, Sp.P
Spesialis Paru & Pernapasan
RS Pondok Indah – Puri Indah
Disadur dari sumber